Melihat sepakbola Indonesia yang kian hari kian terpuruk, seharusnya tidak berimbas terhadap mutu suatu tim, dimana terjadi fenomena yang sangat menarik yaitu mogok atau ngambeknya pemain bila aspirasinya atau gajinya terlambat bayar,dan ini bisa dikatakan ancaman secara halus yang diaktori oleh pemain dalam sebuah tim.
Sebagai gambaran dunia sepakbola, kita lihat Napoli disaat terpuruk karena kurangnya modal dan banyaknya hutang yang harus ditanggungnya, dimana dia harus menjual Mega Bintang saat itu Maradona utuk menutup semua biaya yang ada, atau saat Bayern Munchen kolaps dan hampir degradasi, semua pemain senior sekelas Schumaker bersaudara bahkan Franz Beckenbauer rela berbondong bondong untuk masuk kembali ke klub tersebut, yang mereka nilai telah membersarkan mereka dan yang lebih mencengangkan lagi mereka rela untuk tidak digaji.
Dari ilustrasi diatas yang mungkin sudah jamak dilakukan oleh tim2 Eropa dan Amerika Latin yang bisa dibilang mempunyai strata diatas Indonesia. Kekurangan dalam sepakbola kita adalah para pemain hanya menunjuk masalah pembayaran, So, dimana sisi sportifitasnya ... dimana nilai kepahlawanan seorang pemain sepakbola, memang sepakbola modern adalah sebuah industri yang merambah ke dunia bisnis murni, tapi dengan satu keistimewaan yaitu sportifitas tinggi dan jiwa2 olahraga yang masih sangat kental. Sekarang di Eropa lobi2 bisnis kelas atas tidak dilakukan di hotel atau dicafe mewah, tapi di tribun VIP dengan suguhan pertandingan Liga tentunya.
Jadi apakah pemain yang dikontrak oleh suatu tim itu tergolong pemain yang berjiwa sportif profesional atau berjiwa profesional saja tanpa melihat sportifitas, hanya managemen dan pelatih yang tahu. Atau ternyata managemen atau pelatih tidak mempunyai tatanan yang jelas dalam pemilihan pemain ?
Sebagai gambaran dunia sepakbola, kita lihat Napoli disaat terpuruk karena kurangnya modal dan banyaknya hutang yang harus ditanggungnya, dimana dia harus menjual Mega Bintang saat itu Maradona utuk menutup semua biaya yang ada, atau saat Bayern Munchen kolaps dan hampir degradasi, semua pemain senior sekelas Schumaker bersaudara bahkan Franz Beckenbauer rela berbondong bondong untuk masuk kembali ke klub tersebut, yang mereka nilai telah membersarkan mereka dan yang lebih mencengangkan lagi mereka rela untuk tidak digaji.
Dari ilustrasi diatas yang mungkin sudah jamak dilakukan oleh tim2 Eropa dan Amerika Latin yang bisa dibilang mempunyai strata diatas Indonesia. Kekurangan dalam sepakbola kita adalah para pemain hanya menunjuk masalah pembayaran, So, dimana sisi sportifitasnya ... dimana nilai kepahlawanan seorang pemain sepakbola, memang sepakbola modern adalah sebuah industri yang merambah ke dunia bisnis murni, tapi dengan satu keistimewaan yaitu sportifitas tinggi dan jiwa2 olahraga yang masih sangat kental. Sekarang di Eropa lobi2 bisnis kelas atas tidak dilakukan di hotel atau dicafe mewah, tapi di tribun VIP dengan suguhan pertandingan Liga tentunya.
Jadi apakah pemain yang dikontrak oleh suatu tim itu tergolong pemain yang berjiwa sportif profesional atau berjiwa profesional saja tanpa melihat sportifitas, hanya managemen dan pelatih yang tahu. Atau ternyata managemen atau pelatih tidak mempunyai tatanan yang jelas dalam pemilihan pemain ?
No comments:
Post a Comment